Ketelitian, check dan re-check,
selain oleh kita sendiri, juga oleh orang lain yang melaksanakan proses
selanjutnya sangat diperlukan dalam pekerjaan.
Bila seseorang
mengetahui kelemahannya sendiri dalam hal ketelitian dan attentive to
detail, maka dia perlu secara smart menyiasatinya selain
dengan men-cek ulang semua hasil kerjanya sebelum dilanjutkan ke proses
selanjutnya, apalagi bila akan diumumkan atau di-presentasikan, dia bisa juga
memanfaatkan rekan kerjanya atau anak buahnya untuk men-cek ulang
semuanya. Ada langkah yang lebih strategis lagi, yaitu pastikan pihak
yang mengecek membubuhkan paraf-nya atau tanda-tangannya. Ini akan membuat
mereka membaca dengan lebih teliti.
Apabila terjadi
juga release kepada banyak pihak yang berkepentingan dimana
masih terdapat kesalahan data, bagaimana seharusnya menyikapinya ? Apalagi bila
hal tersebut berkenaan dengan benefit karyawan yang tentunya
mempengaruhi perencanaan finansial rumah tangganya.
Ada sebuah kasus di salah satu perusahaan yang
memberi fasilitas COP (car ownership program) bagi posisi
manajer ke atas dimana suatu saat terjadi kesalahan data dalam mengumumkan
daftar para manajer yang telah selesai cicilan mobilnya dan dilanjutkan dengan
proses balik nama dari perusahaan kepada dirinya yang dilaksanakan dan dibiayai
oleh perusahaan. Proses ini sudah
berlanjut sampai masing-masing manajer yang bersangkutan menanda-tangani
dokumen tertentu yang meng-konfirmasikan hal ini. Manajer lain yang tidak
termasuk dalam pengumuman tersebut mengajukan untuk pengecekan kembali. Sesudah
di-cek ulang, ternyata memang ada kesalahan data. Daftar nama para manajer
tersebut seharusnya belum berakhir cicilannya dan jadwal yang benar adalah sama
dengan manajer yang mengajukan untuk pengecekan kembali tersebut. Kesalahan ini
dilakukan oleh divisi HRD. Apa tindakan divisi ini sesudah kesalahan data
terbukti ? Diundurlah waktu selesainya cicilan dan berarti pemotongan gaji para
manajer yang terkena kesalahan pengumuman dilanjutkan sampai saat yang benar.
Pemberitahuan koreksi ini hanya dilakukan dengan email.
Lalu bagaiman bila di
antara para manajer yang terkena telah melakukan perencanaan finansial tertentu
menyangkut keluarganya ? Misalnya bila telah mengadakan perjanjian dengan orang
yang akan mengambil oper mobilnya, menerima uang muka yang telah digunakan pula
untuk membiayai pengobatan orang tuanya atau apabila dia telah
mendaftar naik haji karena telah ada orang yang akan menampung atau mengambil
oper mobilnya tersebut.
Beberapa pihak saat itu berpendapat bahwa keputusan
yang lebih bijaksana adalah memajukan tanggal selesai cicilan para manajer yang
terkena pengumuman yang salah tersebut sesuai dengan pengumuman, termasuk
manajer lain yang tidak tercakup pada pengumuman yang salah tetaoi seharusnya
berlaku tanggal akhir cicilan yang sama. You made a mistake, you live with that.
Tentunya tim di HRD yang
terlibat dalam proses sampai keluar pengumuman yang salah itu perlu terkena
tindakan tertentu, minimal peringatan agar kesalahan serupa tidak terulang
kembali.
Ini bisa terjadi juga pada manajemen puncak,
misalnya dalam memutuskan siapa yang dapat bonus atau penghargaan berupa uang
atau jalan-jalan ke luar negeri dan siapa yang tidak, memutuskan perubahan
siapa yang termasuk staf lapangan sehingga memperoleh tunjangan mobil dan siapa
yang tidak, atau memutuskan kepindahan seorang karyawan ke sebuah fungsi baru
dengan rank sama, yang mengakibatkan dia kehilangan
jatah over time atau kehilangan perolehan insentif penjualan.
Adalah lebih baik bila
keputusan-keputusan seperti ini ditimbang sebaik-baiknya, bandingkan beberapa
alternatif dan pilih yang memberikan kemungkinan paling kecil untuk diprotes.
Terutama apabila yang terkena adalah para karyawan di tingkat yang cukup rendah
dimana persentase terhadap gaji pokok dari hilangnya benefit yang
sebelumnya dia peroleh cukup perlu diperhitungkan.
Manajemen puncak perusahaan perlu tegas menjaga
kredibilitas dan kewibawaannya di mata para karyawan, namun juga harus
memastikan bahwa keputusannya selalu adalah yang seadil-adilnya dan menghadapi
kemungkinan diprotes lebih kecil.
Dalam perkembangan saat ini, dengan makin banyaknya
angkatan kerja yang mencari pekerjaan, banyak perusahaan merekrut karyawan
dengan latar belakang pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa
dekade sebelumnya. Perubahan kultur dalam
pergaulan maupun dalam komunikasi dengan para karyawan-pun makin terasa.
Sama dengan yang dialami
para orang tua saat ini, generasi baru, terutama bila pendidikan mereka sudah
tinggi tidak sepatuh seperti saat orang tua kita membesarkan kita. Generasi
yang baru perlu diyakinkan dengan logika dan argumentasi-argumentasi yang masuk
akal. Mereka lebih berani menyatakan pendapat.
Tidak disangkal lagi,
perusahaan yang telah banyak merekrut fresh graduates yang
muda-muda menghadapi situasi yang sama. Apalagi bila merekrut experienced
people, dari parusahaan lain yang telah memberlakukan kultur komunikasi
yang terbuka dan prinsip partnership antara atasan dengan
bawahan. Orang-orang ini lebih menuntut keadilan. Dalam proses pendidikan yang
dilalui oleh generasi muda saat ini mereka sudah lebih bebas menyanggah guru
atau dosen, beradu argumentasi dan telah lebih banyak dilibatkan dalam
keputusan-keputusan penting di sekolah atau kampus mereka.
Makin tinggi tingkat
rata-rata pendidikan para karyawan, apalagi makin muda-nya rata-rata umur para
karyawan, semakin mendesak kebutuhan untuk memperlakukan mereka dengan
tingkat maturity yang sama dengan manajemen perusahaan.
Menghadapi para karyawan yang makin merasa bebas untuk mengemukakan pendapat,
makin terasa keperluan untuk memberlakukan kultur hubungan atasan dengan
bawahan sebagai partner. Disamping manajemen harus lebih
berhati-hati dalam mengambil keputusan, dengan tingkat kedewasaan yang sudah
tinggi dari para karyawan, juga makin kecil kemungkinan untuk menutupi
kesalahan-kesalahan atau ketidak-adilan yang terjadi tanpa disengaja.
Jadi sudah saatnya manajemen, dengan sikap yang
tetap berwibawa namun tetap simpatik dan meng-ekspresikan keterbukaan, sesekali
terbuka untuk mengakui kesalahan yang telah terjadi dan mengambil tindakan yang
terpuji dalam memperbaiki dan menangani akibat-akibatnya.
Menutup-nutupinya atau
menyaring informasi terhadap para karayawan yang telah semakin pintar malah
mengakibatkan cemoohan dan manajemen kehilangan kredibilitas di mata karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar