1.PENENTUAN
TUJUAN
Seorang pemimpin harus memastikan dari
awal bahwa semua anggota teamnya memahami maksud dan tujuan organisasi. Apa
visi dan misi organisasi harus sudah terinternalisasi di diri masing-masing
anggota. Inilah salah satu alasan kenapa banyak di dinding-dinding kantor
perusahaan kita jumpai figura bertuliskan Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu
perusahaan tersebut. Karena top management menginginkan semua yang terlibat di
organisasinya tahu arah dan tujuan organisasinya.
Team tidak akan kehilangan arah dalam
memacu roda organisasi dengan adanya fase penentuan tujuan ini di awal. Inilah
fase mendasar dalam organisasi, dan pemimpin efektif terbiasa melaksanakannya.
2.KOMUNIKASI
Semua kebijakan, keputusan, informasi
atau berita apapun yang dibuat oleh top management terkait kebaikan perusahaan
harus dikomunikasikan dengan baik kepada semua anggota team. Banyak media yang
bisa digunakan untuk menyampaikannya. Pemimpin biasa dalam mengomunikasikan
sesuatu kepada teamnya tentu sudah terbiasa menggunakan media email, notes, memo
dinas, chat-group, atau internal communication tools lainnya.
Dan bagi pemimpin efektif, media-media
itu saja tidak cukup. Ada banyak alasan dari pemimpin efektif, kenapa media itu
saja tidak cukup. Salah satunya adalah, tidak semua karyawan dalam teamnya mau
membaca. Membaca pun, belum tentu semua mendapat pemahaman yang sama. Karena
itu pemimpin efektif akan membuat cara komunikasi yang lebih ‘intim’.
Man-to-man communication. Dia akan temui langsung teamnya, dan memastikan
setiap anggota teamnya memahami apa yang dikomunikasikannya tersebut.
3.KEPERCAYAAN
Komunikasi yang efektif didasari dengan
adanya saling percaya antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi
tersebut; dalam hal ini antara leader dengan bawahannya. Penentuan arah tujuan
organisasi sudah dibuat, kemudian dikomunikasikan dan komunikasinya dibangun di
atas kepercayaan. Bagaimana mungkin bawahan bisa menerima dan mengikuti
instruksi atasan bila bawahannya tidak ‘percaya’ kepada leadernya. Prinsip ini
sangat dipahami oleh pemimpin efektif.
4.AKUNTABILITAS (PERTANGGUNG JAWABAN)
Dasar keempat adalah pertanggungjawaban
atau akuntabilitas. Banyak pemimpin yang akhirnya gagal menjalankan beberapa
proyek karena melalaikan dasar ini. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mencari
siapa yang bersalah atas kegagalan organisasi, tapi ditujukan untuk menuntut
pertanggungjawaban dari semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut.
Prinsip ini memunculkan kaidah check-list; monitoring.
Semua karyawan atau bawahan merasa
diawasi sehingga setiap saat mereka terpacu untuk memberikan yang terbaik.
Kalaupun suatu saat mereka ‘bisa saja’ merasa tidak diawasi, kinerjanya tetap
bisa mengutamakan yang terbaik karena mereka juga akan mempertanggungjawabkan
pekerjaannya tersebut kepada atasannya di akhir pekerjaan / proyek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar